Anggapan yang mengatakan bahwa usia awal pernikahan bukanlah usia yang mudah dilalui tampaknya terbukti benar. Para peneliti pun mengungkapkan alasan di balik anggapan tersebut. Apakah itu?
Seperti yang dikutip dari About, penelitian menunjukan bahwa tahun pertama dan kedua usia pernikahan dapat menghancurkan pernikahan. Penelitian yang bertajuk 'The Connubial Crucible: Newlywed Years as Predictors of Marital Delight, Distress, and Divorce' itu dilakukan oleh Ted L. Huston, John P. Caughlin, Renate M. Houts, Shanna E. Smith, Laura J. George, dan dipublikasikan dalam jurnal 'The Journal of Personality and Social Psychology'.
"Penelitian ini menunjukkan kehidupan pada tahun kedua bagi pasangan yang baru menikah dapat mencerminkan kehidupan pernikahan mereka pada 13 tahun mendatang. Mereka yang sulit atasi perubahan rasa cinta, kasih sayang dan keyakinan lebih mungkin bercerai ketimbang mereka yang stabil," ujar Dr Huston dari University of Texas di Austin.
Para peneliti juga menemukan perbedaan antara pasangan yang bahagia dan tidak bahagia tepat setelah pesta pernikahan selesai. Penelitian tersebut mengamati 156 pasangan yang menikah pada 1981. Lalu mereka menemukan hasilnya setelah 13 tahun kemudian, 68 pasangan bahagia, 32 pasangan tidak bahagia dan 56 telah bercerai.
Para pasangan yang bercerai, pada tahun pertama pernikahannya telah menunjukkan tanda-tanda kekecewaan dan perilaku negatif satu sama lain. Sedangkan pasangan yang masih menikah dan bahagia, mampu memiliki perasaan positif mengenai pasangannya pada tahun pertama dan kedua pernikahannya.
Jika Anda tertekan dengan pernikahan di tahun pertama, itu adalah hal normal. Namun yang terpenting adalah cara Anda dan pasangan mengatasi tekanan-tekanan tersebut. Menurut Dr Huston, kunci utama pernikahan bahagia adalah tetap menciptakan kehidupan pernikahan yang romantis.
Selain itu, para pasangan menikah juga harus tahu cara menangani masalah keuangan, pekerjaan rumah tangga, cara menghabiskan waktu luang dan waktu tepat untuk berhubungan seks. Selain itu mereka juga perlu belajar menghadapi saat bertemu dengan mertua, memahami perbedaan --agama, misalnya, belajar mengatasi konfilk serta mendiskusikan harapan di masa yang akan datang.
====================================================================
0 komentar:
Posting Komentar